Wednesday, November 2, 2016

Penjual Gudeg Jogja di Bandung Dengan Kisahnya Masing-Masing



Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu ber jam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. (Sumber: wikipedia)


Ya..gudeg ikut memperkaya khasanah kuliner di kota Bandung. Penjual gudeg dapat kita temui dengan mudah. Ada gudeg yang didagangkan di pinggir jalan hanya dengan bermodalkan gerobak dan tenda sederhana. Ada juga beberapa penjual yang sengaja mendirikan tempat bersantap gudeg dengan kelas rumah makan.

Ternyata, dari masa ke masa ada cerita tentang para penjual gudeg. Almarhumah ibu saya pernah bercerita pada masa beliau masih menjadi anak kuliahan sekitar tahun 1970-an (wow..sudah lama sekali, ya), pedagang gudeg yang enak itu ada di jalan Alketeri. Lokasinya tidak jauh dari jalan Asia Afrika Bandung. Penjual gudeg banyak tersebar di kota Bandung namun tidak bisa mengalahkan rasa enaknya gudeg Alketeri. Sayangnya, gudeg tersebut sudah tidak ada dan tidak ada yang mewarisinya. Itu cerita tentang gudeg pada jaman ibu saya. 

Jaman terus berganti. Saya pun punya cerita sendiri tentang gudeg. Saat saya di bangku SMP, saya bersekolah di SMP 7 Bandung yang berlokasi di jl. Ambon. Tak jauh dari situ ada penjual gudeg yang menggunakan paviliun sebagai tempat berjualan. Lokasinya berada di jl. Banda. Dari nama jalannya pasti sudah tahu, ya gudeg apa itu. Ya..karena berlokasi di jl. Banda maka sang penjual menamakannya Gudeg Banda.
Lokasi Awal Gudeg Banda
Pada saat itu sekitar tahun 1990-an, harga gudegnya per porsi Rp. 1250 sudah termasuk nasi.  (Hmm..harga yang murah pada masanya). Pengunjungnya pun lumayan banyak. Karena keuletan dan ketekunannya, gudeg Banda akhirnya bisa menembus kelas ‘food court’ dan lebih banyak lagi konsumen yang menikmati kelezatan gudeg tersebut.
Setelah lulus SMP, saya tidak mengunjungi jl. Banda dalam waktu yang lama. Sehingga tidak mengetahui bahwa perkembangan gudeg Banda bukan hanya menembus ‘food court’ tapi sudah berpindah lokasi ke jl. Lombok dengan tempat yang lebih besar dari tempat di jl. Banda. It’s amazing!!! Awalnya berjualan gudeg di paviliun hingga memiliki tempat baru yang lebih besar. Bolehlah berbangga bahwa saya dan teman-teman seangkatan merupakan saksi hidup sejarah gudeg Banda. 
 
Lokasi Gudeg Banda Sekarang

Selain gudeg banda, di daerah tempat tinggal saya –Gunung Batu, Pasteur- ada juga penjual gudeg yang enak. Namanya Gudeg Yu Nap. Berlokasi di Komplek Perumahan Cipta Mas Gunung Batu. Mengambil tempat di area gerbang komplek, warung gudeg Yu Nap ditata dengan apik. Mulai berjualan sejak awal tahun 2000-an, gudeg Yu Nap bukan hanya menyediakan menu gudeg. Ada juga buntil dan semur jengkol. (Heuheu..). Yang paling mantap, rasa sambalnya itu, lho..maknyuss!!!

Gudeg Yu Nap


Tempat Makan Yang Asri di Gudeg Yu Nap


Warung gudeg Yu Nap bisa menjadi pilihan alternatif bagi penyuka gudeg. Apalagi suasana warungnya yang dilengkapi tempat makan yang cantik membuat pengunjung betah berlama-lama. Serasa di rumah sendiri. 


Selain gudeg Yu Nap, ada juga gudeg Bu Ayem. Lokasinya di pinggir jalan Gunung Batu sebrang jalan Mentor. Gudeg bu Ayem mulai berjualan di tahun 2011. Awalnya, gudeg ini berjualan mulai jam 10.00 pagi sampai jam 14.00. Dikarenakan pembeli makin banyak dan banyak juga yang datang saat jam makan siang, akhirnya buka lebih pagi yaitu mulai jam 07.00 sampai jam 16.00. Menu ayam dan tempe bacemnya membuat ketagihan. 





Melihat jam operasional yang ditambah, ada tanda-tanda gudeg ini pun sedang mengalami perkembangan dan bukannya tidak mungkin akan menjadi warung gudeg yang besar seperti warung gudeg yang saya sebutkan sebelumnya. Well...let’s see.
Nah..itulah cerita saya tentang gudeg yang ada di Bandung. Gudeg memang bukan makanan asli kota Bandung. Namun kehadirannya tidak dipungkiri makin memperkaya keragaman kuliner kota Bandung. 

Kerecek




Nangka

Pempek Palembang, Makanan Khas Palembang Yang Memperkaya Kuliner Bandung



Pempek merupakan makanan khas Palembang yang sudah sangat dikenal. Selama ini diketahui bahwa bahan utama pembuat pempek adalah ikan tenggiri. Di awal sejarahnya, pempek terbuat dari ikan belida. Namun karena harganya yang cenderung tinggi, akhirnya ‘memaksa’ para pengusaha pempek untuk menggantinya dengan bahan yang berharga lebih ekonomis agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Ikan Belida

Pempek memiliki bentuk yang beragam. Yang paling terkenal adalah pempek kapal selam. Selain pempek kapal selam, ada juga pempek lenggang, pempek lenjer, pempek adaan/ pempek bulat dan pempek keriting. Ternyata kulit dari ikan pun dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan pempek. Maka dari itu ada pempek kulit.



Banyaknya orang asli Palembang yang merantau keluar daerahnya disertai pula dengan makanan khasnya. Jadinya sangatlah mudah untuk mendapatkan pempek dimanapun kita berada. 
 
Foto: Dok. Pribadi




Di kota Bandung ada beberapa brand penjual pempek yang sangat terkenal. Yang pertama adalah Pempek Rama. Dinamakan Pempek Rama karena berlokasi di jalan Rama, Pajajaran. Selain pempek rama, ada juga Pempek Pak Raden. Entah apa sebabnya dinamakan pempek Pak Raden. Yang pasti dua nama itu merajai penjualan pempek di kota Bandung.
Pempek Rama dan Pempek Pak Raden awalnya berjualan menggunakan halaman dan garasi rumah tinggal. Karena rasanya yang enak, tidaklah heran kedua merek pempek itu sering dikunjungi konsumen dan lambat laun membuka cabang di beberapa tempat.


Pempek Rama. Foto: Dok. Pribadi


 
Pempek Pak Raden. Foto: Dok. Pribadi


Selain dua nama tersebut, ada satu lagi penjual pempek yang sekarang ini sedang mengalami perkembangan. Pempek Bang Rico!! Awalnya, penjual pempek ini menggelar dagangannya di pinggiran gedung Bandung Electronic Centre (BEC). Berjualan dengan memakai gerobak yang dilengkapi tenda sederhana disertai dengan meja panjang dan kursi-kursi plastik, pempek Bang Rico sukses menarik konsumen untuk datang...dan datang lagi. Tidaklah heran, pempek Bang Rico sekarang ini memiliki tiga kios di daerah jl. Purnawarman ditambah satu toko mobil di jl. Katamso. 








Tak bisa dipungkiri, pempek memang bukan makanan khas Bandung. Namun dengan banyaknya para penjual pempek, makin memperkaya keragaman kuliner di kota Bandung.
Hayo...sudah mencoba pempek yang mana, nih? Yang pasti, setiap penjual pempek memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan karakter konsumen yang bermacam-macam. Apapun pilihanmu, tidak mengurangi kenikmatan dalam merasakan makanan khas Palembang ini.

Jajanan Jaman Dulu Yang Masih Eksis



Di tengah maraknya jenis-jenis jajanan baru yang bermunculan, ada beberapa jajanan klasik yang masih eksis. Terbuat dari adonan tepung terigu dan adonan tepung beras, jajanan tersebut masih dicari konsumen terutama yang ingin bernostalgia akan jajanan di masa kecil. Biasanya jajanan tersebut banyak terdapat di pasar tradisional dan dijajakan di gerobak kecil atau memakai pikulan sederhana.  Lalu...apa sajakah jajanan tersebut?

1. Kue Cubit
Kue yang dimasak dalam loyang yang memiliki bagian-bagian kecil dengan beragam bentuk terbuat dari adonan yang berisi campuran tepung terigu, telur dan gula pasir. Diberi taburan coklat meses diatasnya, kue cubit yang memiliki tekstur yang empuk ini bisa jadi menu cemilan di sore dan pagi hari. Dinamakan kue cubit karena saat diambil dari loyang menggunakan jepitan kue.

Kue Cubit.    Foto: Dok. Pribadi



      
      
      2. Kue Balok

Dinamakan kue balok karena dimasak dalam loyang yang memiliki bentuk persegi panjang yang berjejer. Sama halnya dengan kue cubit, kue balok terbuat dari adonan campuran tepung terigu, telur dan gula pasir. Bedanya,  kue balok memiliki tekstur yang sedikit keras. Untuk rasa, kue balok memiliki tiga rasa: rasa vanila, rasa pandan dan rasa coklat.

Kue Balok. Foto:Dok. Pribadi



      
      3. Kue Bandros

Kue Bandros terdiri dari dua rasa. Rasa manis dan rasa asin. Kue bandros rasa manis terbuat dari adonan campuran tepung terigu, telur, gula pasir dan ragi instan. Sedangkan kue bandros rasa asin terbuat dari adonan campuran santan, tepung beras dan sedikit kelapa parut.
Dimasak dalam loyang yang memiliki bentuk setengah lingkaran yang berjejer. Saat menuangkan adonan dalam cetakan, terkadang adonannya dituangkan dalam jumlah banyak hingga menutupi cetakan. Hal ini dilakukan agar bandros yang sudah matang saling menempel satu sama lain dan tidak harus dikeluarkan satu per satu. Saat adonan dalam keadaan setengah matang, diberi taburan coklat meses bagi kue bandros rasa manis. Kue bandros rasa asin diberi taburan gula pasir saat sesudah dikeluarkan dari cetakan. Sajikan kue bandros dalam keadaan masih hangat.

Kue Bandros Manis. Foto: Google

   


 
Kue Bandros Asin. Foto: Google








4. Kue Ape
Kue yang menyerupai kue serabi ini terbuat dari adonan tepung beras, air daun suji dan pasta pandan. Dimasak dalam loyang berupa wajan kecil. Tampilan kue ape dibuat tebal di bagian tengah dan tipis di bagian pinggirnya. Tekstur yang tebal dan empuk di bagian tengahnya membuat kue ape menjadi salah satu cemilan favorit saat ngopi bersama teman atau keluarga. 

Kue Ape. Foto: Dok. Pribadi

Begitu beragamnya kue jajanan jaman dulu. Saking banyak ragamnya, tidak semua kue dapat diulas disini. Semoga empat jenis kue tersebut dapat mewakilinya.